|
DI SUSUN
OLEH:
NAMA : NUR INDRAWAN
KELAS : AKUNTANSI C1
SEMESTER : IV (EMPAT)
NIM :
10.12.158
SEKOLAH TINGGI ILMU
EKONOMI (STIE)
TRI DHARMA
NUSANTARA MAKASSAR
2012
Berikut
contoh neraca PT.ANNISA 31 desember 1998 dan 1999.
PT.ANNISA
Neraca
Periode 31 desember 1998 dan 1999
Keterangan
|
31
desember 1998
|
31
desember 1999
|
Kas
Efek
Piutang dagang
Persediaan
Total aktiva lancer
Aktiva tetap
Akumulasi penyusutan
Aktiva tetap neto
|
Rp 10.400.000,-
Rp 35.000.000,-
Rp 50.000.000,-
Rp 71.000.000,-
Rp 166.400.000,-
Rp 322.000.000,-
Rp (80.000.000,-)
Rp 242.000.000,-
|
Rp 10.000.000,-
Rp 30.000.000,-
Rp 40.000.000,-
Rp 60.000.000,-
Rp 140.000.000,-
Rp 360.000.000,-
Rp (100.000.000,-)
Rp 260.000.000,-
|
TOTAL
AKTIVA
|
Rp 408.400.000,-
|
Rp 400.000.000,-
|
Hutang dagang
Hutang wesel
Hutang bank
Total hutang lancar
Hutang jangka panjang
Modal saham(20.000
lembar)
Laba ditahan
|
Rp 19.400.000,-
Rp 22.000.000,-
Rp 27.000.000,-
Rp 68.400.000,-
Rp 212.400.000,-
Rp 120.000.000,-
Rp 76.000.000,-
|
Rp 14.000.000,-
Rp 20.000.000,-
Rp 26.000.000,-
Rp 60.000.000,-
Rp 140.000.000,-
Rp 120.000.000,-
Rp 80.000.000,-
|
TOTAL PASSIVA
|
Rp 408.400.000,-
|
Rp 400.000.000,-
|
PT.
ANNISA
LAPORAN
LABA RUGI
1 JAN – 31 DES
1999
Penjualan Rp 600.000.000,-
Harga pokok penjualan (Rp 511.000.000,-)
Laba kotor Rp 89.000.000,-
Biaya operasi :
Biaya penjualan Rp 4.400.000,-
Biaya adm & umum Rp 8.000.000,-
Pembayaran lease Rp 5.600.000,-
Penyusutan Rp20.000.000,-
+
(Rp 38.000.000,-)
Laba operasi ( EBIT) Rp 51.000.000,-
Bunga (Rp 14.000.000,-)
Laba sebelum pajak (EBT) Rp 37.000.000,-
Pajak 40% (Rp 14.800.000,-)
Laba setelah pajak (EAT)
Rp
22.200.000,-
JENIS-JENIS RASIO KEUANGAN
1.
RASIO
LIKUIDITAS (
liquidity ratios )
Rasio likuiditas merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar hutang-hutang
jangka pendeknya, oleh karena itu rasio ini bias digunakan untuk mengukur
tingkat keamanan kreditor jangka pendek, serta mengukur apakah operasi
perusahaan tidak akan terganggu bila kewajiban jangka pendek ini segera
ditagih.
Ukuran rasio likuiditas terdiri
dari lima alat ukur yaitu :
1)
Current Ratio ( rasio lancar)
Current
Rasio adalah rasio yang membandingkan antara aktiva lancar yang dimiliki perusahaan
dengan hutang jangka pendek. Aktiva lancar di sini meliputi kas, piutang
dagang, efek, persediaan, dan aktiva lancar lainnya. Sedangkan hutang hangka
pendek meliputi hutang dagang, hutang wesel, hutang bank, hutang gaji, dan
hutang lainnya yang segera harus dibayar.
Rumus current rasio adalah :
Aktiva lancar
Current Ratio
= ——————
Hutang lancar
Dari
contoh laporan keuangan bisa kita hitung besarnya current ratio sebagai berikut
:
Rp 140.000.000,-
Current
Ratio = ———————— = 2,3
Rp
60.000.000,-
Dari
perhitungan tersebut bisa disimpulkan bahwa setiap Rp 1,- hutang lancar dijamin dengan Rp 2.30 aktiva lancar,
semakin tinggi current ratio semakin besar kemampuan perusahaan untuk melunasi
hutang-hutangnya.
2) Quick
Ratio
( rasio sangat lancar)
Quick Ratio merupakan rasio antara
aktiva lancar sesudah dikurangi persediaan dengan hutang lancar, rasio ini
menunjukkan besarnya alat likuid yang paling cepat yang bias digunakan untuk
melunasi hutang lancar. Persediaan dianggap aktiva lancar yang paling tidak
lancar, sebab untuk menjadi uang tunai ( kas ) memerlukan dua langkah yakni
menjadi piutang terlebih dulu sebelum menjadi kas.
Formulasi
untuk menghitung quick ratio adalah :
Aktiva lancar - persediaan
Quick
Ratio = ———————————
Hutang lancar
Dari contoh laporan
keuangan bias kita hitung besarnya quick ratio sebagai berikut:
Rp
140.000.000, - Rp 60.000.000,-
Quick Ratio =
—————————————— = 1.3
Rp 60.000.000,-
Dari
perhitungan tersebut bias disimpulkan bahwa setiap Rp 1,- hutang lancar dijamin
dengan Rp 1.30,- aktiva lancar yang paling lancar.
3) Cash
Ratio (
rasio kas )
Cash Ratio adalah rasio yang
membandingkan antara kas dan aktiva lancar yang bias segera manjadi uang kas
dengan hutang lancar. Aktiva lancar yang bias segera menjadi uang kas adalah
efek atau surat berharga.
Dengan
demikian rumus untuk menghitung cash ratio adalah sebagai berikut :
Kas + efek
Cash
Ratio = ——————
Hutang lancer
Dari
contoh laporan keuangan bias kita hitung besarnya cash ratio sebagai berikut :
Rp 10.000.000, + Rp 30.000.000,-
Cash Ratio = —————————————— = 0,67
Rp 60.000.000,-
Dari
perhitungan tersebut bisa disimpulkan bahwa setiap Rp 1,- hutang lancar dijamin
dengan Rp 0,67,- uang kas dan yang segera menjadi kas.
4) Rasio Perputaran Kas
Rasio perputaran kas berfungsi untuk
mengukur tingkat kecukupan modal kerja perusahaan yang dibutuhkan untuk
membayar tagihan dan membiayai penjualan. Artinya rasio ini digunakan untuk
mengukur tingkat ketersediaan kas untuk membayar tagihan (utang ) dan
biaya-biaya yang berkaitan dengan penjualan.
Rumus
yang digunakan untuk mencari rasio perputaran kas adalah sebagai berikut :
Penjualan bersih
Rasio
Perputaran Kas = ————————
Modal kerja bersih
Untuk mengaplikasikan rumus diatas,
dapat digunakan data sebagai berikut :
Komponen
laporan keuangan
|
2005
|
2006
|
Penjualan
bersih
Total
aktiva lancar
Total
hutang lancar
|
5.950
1.640
750
|
5.550
1.340
750
|
Untuk tahun 2005 :
5.950
Rasio perputaran kas = ——————
= 6,68 kali dibulatkan (7 kali )
1.640
– 750
Untuk tahun 2006 :
5.550
Rasio perputarn kas = —————— = 9,4 kali dibulatkan ( 10 kali )
1.340 - 750
Jika
rata – rata industri untuk perputaran kas adalah 10℅, keadaan perusahaan pada
tahun 2005 kurang baik karena masih cukup jauh dari rata- rata industri. namun,
kondisi tahun 2006 dikatakan baik karena kondisinya sama dengan rata-rata
industri.
5) Inventory
to Net Working Capital
( persediaan modal kerja )
Inventory to net working capital
merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah
persediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan. Modal kerja tersebut terdiri
dari pengurangan antara aktiva lancar dengan hutang lancar.
Rumus
untuk mencari Inventory to net working capital dapat digunakan sebagai berikut
:
Inventory
Inventory
to NWC = ────────────────
Rasio lancar – hutang lancar
Untuk
mengaplikasikan rumus diatas, dapat digunakan data sebagai berikut :
Komponen laporan
keuangan
|
2005
|
2006
|
Total aktiva lancar
Total hutang lancar
Persediaan
|
1.640
750
250
|
1.340
750
310
|
Untuk
tahun 2005 :
250
Inventory
to NWC = ───────── = 0,280 dibulatkan 28 ℅
1.640 - 750
Untuk
tahun 2006 :
310
Inventory to NWC = ────────── =
0,525 dibulatkan 53 ℅
1.340 – 750
Jika rata- rata industry untuk Inventory to
net working capital adalah 54 ℅, keadaan perusahaan pada tahun 2005 kurang baik
karena masih di bawah rata- rata industry, sedangkan untuk tahun 2006
kondisinya baik karena berada di atas rata-rata industri. Artinya perusahaan
melakukan peningkatan Inventory to net working capital dari tahun sebelumnya.
2.
RASIO
LEVERAGE ( leverage ratios )
Rasio
leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sampai seberapa jauh
aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang.apabila perusahaan tidak mempunyai
leverage atau leverage faktornya = 0 artinya perusahaan dalam beroperasi
sepenuhnya menggunakan modal sendiri atau tanpa menggunakan hutang. Semakin
rendah leverage faktor, perusahaan mempunyai resiko yang kecil bila kondisi
ekonomi merosot.
Ada
lima rasio leverage yang bisa dimanfaatkan oleh perusahaan yaitu sebagai berikut :
1) Total
Debt to Total Asset Ratio
Rasio total hutang dengan total
aktiva yang biasa disebut rasio hutang (Debt Ratio), mengukur presentase besarnya
dana yang berasal dari hutang. Yang dimaksud dengab hutang adalah semua hutang
yang dimiliki oleh perusahaan baik yang berjangka pendek maupun yang berjangka
panjang. Kreditor lebih menyukai Debt Ratio yang rendah sebab tingkat keamanan
dananya menjadi semakin baik.
Untuk
mengukur besarnya Debt Ratio bisa
dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Total
hutang
Debt
Ratio = ──────── × 100 ℅
Total aktiva
Dari
contoh laporan keuangan bisa kita hitung besarnya debt ratio sebagai berikut
Rp
200.000.000,-
Debt
Ratio = ─────────── × 100 ℅ = 50 ℅
Rp 400.000.000,-
Artinya
aktiva perusahaan 50% dibelanjai dengan hutang. Semakin tinggi debt ratio ini
menunjukkan perusahaan semakin berisiko. Semakin berisiko, kreditor meminta
imbalan semakin tinggi.
2) Debt
to Equity Ratio
Rasio hutang dengan modal sendiri
(Debt to Equity Ratio) merupakan keseimbangan
antara hutang yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri. Semakin tinggi
rasio ini berarti modal sendiri semakin sedikit dibanding dengan hutangnya.
Bagi perusahaan, sebaiknya besarnya hutang tidak boleh melebihi modal sendiri
agar beban tetapnya tidak terlalu tinggi. Untuk pendekatan konservatif besarnya
hutang maksimal sama dengan modal sendiri, artinya Debt to Equitynya maksimal
100%.
Untuk
menghitung Debt to Equity Ratio bisa menggunakan rumus sebagai berikut
Total hutang
Debt
to Equity Ratio = —————— × 100 %
Modal
Dari
contoh laporan keuangan bisa kita hitung besarnya debt to equity ratio sebagai
berikut :
Rp
200.000.000,-
Debt
to Equity Ratio = ———————— × 100 % = 100
%
Rp 200.000.000,-
Dari
perhitungan ini diperoleh angka Debt to Equity Ratio 100%, berarti perusahaan
mempunyai sumber dana yang sebanding antara hutang dengan modal sendiri.
3) Time
Interest Earned Ratio
Time Interest Earned Ratio yang
sering disebut sebagai coverage ratio merupakan rasio antara laba sebelum bunga
dan pajak dengan beban bunga. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan memenuhi
beban tatapnya berupa bunga dengan laba yang diperoleh, atau mengukur berapa
kali besarnya laba bisa menutup beban bunganya.
Rumus
yang digunakan Time Interest Earned Ratio sebagai berikut :
Laba sebelum bunga & pajak
Time
Interest Earned Ratio = —————————————
Beban
bunga
Dari
contoh laporan keuangan bisa kita hitung besarnya Time interest earned ratio
sebagai berikut :
Rp 51.000.000,-
Time
Interest Earned Ratio = ——————— = 3,6 kali
Rp 14.000.000,-
Dengan
Time interest earned ratio sebesar 3,6 kali, berarti keuntungan perusahaan
hanya bisa menutup beban bunga 3,6 kalinya. Oleh karena itu kondisi perusahaan
kurang baik.
4) Fixed
Charge Coverage Ratio
Rasio ini mengukur kemampuan
perusahaan untuk menutup beban tetapnya termasuk pembayaran dividen saham
preferen, bunga, angsuran pinjaman, dan sewa. Karena mungkin saja perusahaan
menggunakan aktiva tetap dengan cara leasing, sehingga harus membayar angsuran
tertentu.
Untuk
menghitung rasio ini bisa menggunakan rumus :
EBIT + bunga + angsuran lease
Fixed
charge coverage ratio = —————————————
Bunga
+ angsuran lease
Dari
contoh laporan keuangan bisa kita hitung besarnya Fixed Charge Coverage Ratio
sebagai berikut :
Rp
51.000.000,- + Rp 14.000.000,- + Rp 5.600.000,-
Fixed
Charge Coverage Ratio = —————————————— =3,6 kali
Rp 14.000.000,- + Rp
5.600.000,-
5)
Debt Service Ratio
Debt
service ratio merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi beban tetapnya
termasuk angsuran pokok pinjaman. Rumus yang digunakan sebagai berikut :
Laba
sebelum bunga & pajak
Debt
Service Ratio = ——————————————————
Angsuran pokok pinjaman
Bunga + sewa
+ ———————————
(1- Tarif pajak )
Misalnya
perusahaan harus menanggung beban pembayaran pokok pinjaman sebesar Rp
8.400.000,- dan tariff pajaknya sebesar 40%. Maka debt service ratio bisa
dihitung sebagai berikut :
Rp 51.000.000,-
Debt
Service Ratio = —————————————————————
= 1,5 kali
Rp 8.400.000,-
Rp
14.000.000,- + Rp 5.600.000,- + ——————
( 1 – 0,4 )
3.
RASIO
AKTIVITAS ( activity ratios )
Rasio aktivitas merupakan rasio-rasio untuk
mengukur efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan sumber dananya. Rasio
aktivitas dinyatakan sebagai perbandingan penjualan dengan berbagai elemen
aktiva. Elemen aktiva sebagai penggunaan dana seharusnya bisa dikendalikan agar
bisa dimanfaatkan secara optimal, semakin efektif dalam memanfaatkan dana
semakin cepat perputaran dana tersebut, karena rasio aktivitas umumnya diukur
dari perputaran masing-masing elemen aktiva.
Rasio
aktivitas meliputi perputaran persediaan, perputaran piutang, perputaran
aktiva, dan perputaran aktiva tetap.
1)
Perputaran
Persediaan (
inventory turnover )
Persediaan
merupakan komponen utama dari barang yang dijual, oleh karena itu semakin
tinggi persediaan berputar semakin efektif perusahaan dalam mengelola
persediaan.
Perputaran
persediaan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Harga
pokok penjualan
Perputaran
Persediaan = ————————————
Rata
– rata persediaan
Dari
contoh laporan keuangan bisa kita hitung besarnya perputaran persediaannya
sebagai berikut :
Rp 511.000.000,-
Perputaran
Persediaan = ————————— = 8 kali
Rp 65.500.000
Rata
– rata persediaan diperoleh dari jumlah persediaan awal tahun ditambah dengan
persediaan akhir tahun dibagi dua, sehingga :
Rp
71.000.000,- + Rp 60.000.000,-
Rata
– rata persediaan = ————————————————— = 2 Rp.65.500.000,-
Dengan
demikian persediaan dalam setahun berputar sebanyak 8 kali. Sedangkan untuk
mengetahui berapa lama rata-rata persediaan tersimpan di gudang sebelum dijual
atau masuk proses produksi, dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Rata
– rata persediaan × 360
Average
Day’s Inventory = —————————————
Harga
pokok penjualan
Dari
contoh laporan keuangan bisa kita hitung besarnya rata-rata persediaan
tersimpan digudang :
Rp 65.500.000,- × 360
Average
Day’s Inventory = ——————————— = 46
hari
Rp 511.000.000,-
Artinya
barang atau bahan baku disimpan digudang selama 46 hari sebelum terjual.
2)
Perputaran
piutang (
receivable turnover )
Perputaran piutang merupakan ukuran
efektivitas pengelolaan piutang. Semakin cepat perputaran piutang, semakin
efektif perusahaan dalam mengelola piutangnya. Piutang berkaitan dengan
penjualan kredit,
sehingga
rumus untuk menghitung perputaran piutang adalah :
Penjualan
Perputaran
piutang = ————————
Rata – rata
piutang
Untuk
menghitung rata – rata piutang adalah piutang awal tahun ditambah piutang akhir
tahun dibagi dua.
Rp
50.000.000,- + Rp 40.000.000,-
Rata
– rata piutang = —————————————— =
2
Rp
45.000.000,-
Dengan
demikian besarnya perputaran piutang adalah sebagai berikut :
Rp
600.000.000,-
Perputaran
piutang = ———————— = 13.3 kali
Rp 45.000.000,-
Sedangkan
untuk mengetahui lamanya piutang tertagih atau receivable collection period
bisa digunakan rumus sebagai berikut :
Rata – rata piutang × 360
Receivable
Collection Period = ———————————
penjualan kredit
Dari
data laporan keuangan bisa dihitung besarnya periode pengumpulan piutang
sebagai berikut :
Rp 45.000.000,- × 360
Receivable
Collection Period = —————————— = 27 hari
Rp 600.000.000,-
Dari
hasil perhitungan di atas, dapat disimpulkan bahwa periode pengumpulan piutang
rata – rata selama 27 hari.
3)
Perputaran
aktiva tetap ( fixed assets turnover )
Perputaran
aktiva tetap merupakan perbandingan antara penjualan dengan total aktiva tetap
yang dimiliki perusahaan. Rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas
penggunaan aktiva tetap dalam mendapatkan penghasilan.
Perputaran
Aktiva Tetap menggunakan rumus sebagai berikut :
Penjualan
Perputaran
Aktiva Tetap = ———————
Aktiva tetap
Dengan
data laporan keuangan yang ada dapat di hitung besarnya perputaran aktiva tetap
sebagai berikut :
Rp
600.000.000,-
Perputaran
Aktiva Tetap = ———————— = 2,3 kali
Rp
260.000.000,-
4)
Perputaran
Aktiva (
asset turnover )
Seperti
halnya perputaran aktiva tetap, Perputaran aktiva merupakan ukuran efektivitas
pemanfaatan aktiva dalam menghasilkan penjualan. Semakin besar perputaran
aktiva semakin efektif perusahaan mengelola aktivitanya.\
Perputaran
Aktiva menggunakan rumus sebagai berikut :
Penjualan
Perputaran
Aktiva = ——————
Total aktiva
Dengan
demikian Perputaran aktiva bisa dihitung :
Rp
600.000.000,-
Perputaran
Aktiva = ———————— = 1,5 kali
Rp 400.000.000,-
4.
RASIO
KEUNTUNGAN ( profitability ratios )
Rasio keuntungan
merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam
mendapatkan keuntungan.semakin besar tingkat keuntungan menunjukkan semakin
baik manajemen dalam mengelola perusahaan. Rasio keuntungan dapat diukur dengan
beberapa indikator yakni :
1)
Profit Margin
Profit
margin merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan
dibandingkan dengan penjualan yang dicapai. Rumus yang bisa digunakan adalah
sebagai berikut :
Laba kotor
Gross
Profit Margin = ————— × 100 %
Penjualan
Dengan
menggunakan data laporan keuangan dapat dihitung :
Rp
89.000.000,-
Gross
Profit Margin = ———————— × 100 % = 14,83 %
Rp 600.000.000,-
Untuk
menghitung Profit margin menggunakan rumus sebagai berikut :
Sales-HPP
Profit
Margin = —————— × 100 %
Sales
Dengan
menggunakan data laporan keuangan dapat dihitung :
Rp 51.000.000,-
Profit
Margin = ———————— × 100 % = 8,5 %
Rp 600.000.000,-
Untuk
menghitung Net Profit Margin menggunakan rumus sebagai berikut :
E A I T
Net
Profit Margin = ————— × 100 %
Penjualan
Dengan
menggunakan data laporan keuangan dapat dihitung :
Rp
24.000.000,-
Net
Profit Margin = ———————— × 100 % = 4 %
Rp 600.000.000,-
2)
Return on Asset
( rentabilitas ekonomis )
Return
on Asset merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan
semua aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Dalam hal ini laba yang dihasilkan
adalah laba sebelum bunga dan pajak atau E A
I T.
Return
on Asset menggunakan rumus sebagai berikut :
E A
I T
Return
on Asset = —————— × 100 %
Total aktiva
Dengan
menggunakan data laporan keuangan dapat dihitung sebagai berikut :
Rp
51.000.000,-
Return
on Asset = ———————— × 100 % = 12,7 %
Rp 400.000.000,-
Dari
perhitungan tersebut, berarti perusahaan mampu menghasilkan tingkat keuntungan
sebesar 12,7 % dari aktiva yang digunakan.
3)
Return on Equity
Return
on Equity ini sering disebut dengan rate of return on net worth yaitu kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang dimiliki,
sehingga ROE ini ada yang menyebut sebagai rentabilitas
modal sendiri. Laba yang diperhitungkan adalah laba bersih setelah dipotong
pajak atau E A I T.
Dengan
demikian rumus yang digunakan adalah :
E A I T
Return
on Equity = ——————— × 100 %
Equity
Dengan
menggunakan data laporan keuangan dapat dihitung sebagai berikut :
Rp 24.000.000,-
Return
on Equity = ———————— × 100 % = 12 %
Rp 200.000.000,-
4)
Return on Investment
Return
on Investment merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan yang
akan digunakan untuk menutup investasi yang dikeluarkan. Laba yang digunakan
untuk mengukur rasio ini adalah laba bersih setelah pajak atau E A I T.
E A I T
Return
on Investment = ———— × 100 %
Total
Assets
Dengan
menggunakan data laporan keuangan dapat dihitungkan sebagai berikut :
Rp
24.000.000,-
Return
on Investment = ———————— × 100 % = 6 %
Rp 400.000.000,-
5)
Earning Per Share of Common Stock ( laba per lembar saham biasa)
Kadang-kadang
pemilik juga menginginkan data mengenai keuntungan yang diperoleh untuk setiap
lembar sahamnya. Earning per share merupakan ukuran kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan keuntungan per lembar saham pemilik. Laba yang digunakan sebagai
ukuran adalah laba bagi pemilik atau EAIT.
Earning
Per Share dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Laba
saham biasa
Laba per lembar saham
= —————————
Saham biasa yang beredar
Dengan
menggunakan data laporan keuangan dapat dihitung sebagai berikut :
Rp 24.000.000,-
Earning
Per share = ———————— = Rp 1.200.00,-
Rp
20.000,-
5.
RASIO
PENILAIAN ( valuation ratios )
Rasio
penilaian adalah rasio – rasio untuk mengukur kemampuan manajemen untuk
menciptakan nilai pasar agar melebihi biaya modalnya.rasio penilaian merupakan
suatu rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai pada
masyarakat ( investor ) atau pada para pemegang saham. Rasio ini memberikan
informasi seberapa besar masyarakat menghargai perusahaan, sehingga mereka mau
membeli saham perusahaan dengan harga yang lebih tinggi disbanding dengan nilai
buku saham. Rasio terdiri dari :
1)
Price Earning Ratio
Rasio ini mengukur seberapa besar
perbandingan antara harga sahan perusahaan dengan keuntungan yang akan
diperoleh oleh para pemegang saham.
Price
Earning Ratio menggunakan rumus sebagai berikut :
Harga pasar saham
PER
= —————————
Laba per lembar saham
2)
Market to Book Value
Ratio.
Rasio ini untuk mengetahui seberapa
besar harga saham yang ada di pasar dibandingkan dengan nilai buku sahamnya,
semakin tinggi rasio ini menunjukkan perusahaan semakin dipercaya, artinya
nilai perusahaan menjadi lebih tinggi.
Harga pasar saham
MBV
Ratio = —————————
Nilai buku saham
DAFTAR
PUSTAKA
BUKU MANAJEMEN KEUANGAN, SEMESTER
III
BUKU ANALISIS LAPORAN KEUANGAN, SEMESTER IV