|
OLEH:
KELOMPOK 2
AKUNTANSI C
NUR INDRAWAN
A. PENTINGNYA ANALISIS PERUBAHAN PENGHASILAN DAN BIAYA
Analisis pos-pos laporan laba rugi yang terperinci sangat penting karena keberhasilan perusahaan dalam jangka panjang akan tergantung pada realisasi keuntungan. Analisis pos-pos laporan laba rugi untuk satu periode saja akan kurang berarti karena tren dari penghasilan, harga pokok penjualan, dan biaya tidak dapat ditentukan. Dari perbandingan pos-pos penting seperti total penjualan, harga pokok penjualan, laba bruto, biaya usaha, laba usaha, dan laba bersih selama dua periode atau lebih akan diperoleh gambaran tentang perubahanya. Apakah perubahan tersebut menguntungkan atau merugikan, faktor-faktor yang menyebabkan adanya perubahan itu, memerlukan analisis lebih lanjut.
Dari hasil penjualan yang diperoleh sebagian akan digunakan untuk menutup harga pokok penjualan dan biaya-biaya usaha dan sisanya perubahan laba usaha. Apabila volume penjualan dicapai dengan biaya-biaya usaha yang bertambah besar, ini akan mengurangi laba usaha, dan akibatnya mungkin tidak diperoleh laba yang cukup untuk membayar beban bunga dan deviden (bagian keuntungan bagi pemegang saham). Kenaikan dalam volume penjualan belum tentu menguntungkan bagi perusahaan apabila kenaikan volume penjualan itu diikuti kenaikan biaya-biaya usaha yang cukup besar. Analisis perubahan akan mencakup studi tentang perubahan penjualan, perubahan laba bruto, dan perubahan laba bersih. Juga penting dipelajari adanya perubahan tingkat harga selama jangka waktu yang diamati. Dalam menganalisis penjualan, juga perlu di analisis adanya retur dan rabat penjualan yang harus dikurangi dari penjualan bruto. Banyaknya retur penjualan mungkin disebabkan oleh kurang hati-hatinya pada waktu pengepakan dan pengiriman barang pesanan langganan sehingga menyebabkan rusaknya atau cacatnya barang dan rendahnya kualitas barang.
B. RASIO HARGA POKOK PENJUALAN DENGAN PENJUALAN BERSIH DAN RASIO LABA BRUTO DENGAN PENJUALAN BERSIH
Selesih antara penjualan bersih (unit penjualan kali harga jual) dengan harga pokok penjualan (unit penjualan kali unit cost) menunjukan laba bruto. Laba bruto digunakan untuk menutup biaya usaha dan biaya lain-lain, sisanya merupakan laba bersih atau rugi. Rasio harga pokok penjualan dengan penjualan bersih dihitung dengan membagi harga pokok penjualan dengan penjualan bersih, rasio ini mencerminkan persentase dari penjualan bersih yang diserap untuk ongkos barang jadi yang kemudian dijual. Rasio laba bruto dengan penjualan bersih dihitung dengan membagi laba bruto dengan penjualan bersih, rasio ini dapat juga dihitung dengan mengurangkan rasio harga pokok penjualan dengan penjualan bersih dari angka 100%.
Perubahan laba bruto dapat dianalisis dengan melihat perubahan penjualan bersih (baik perubahan jumlah unit yang dijual maupun perubahan harga penjualan per unit) dan perubahan harga pokok penjualan (baik perubahan jumlah unit yang dijual maupun perubahan harga pokok per unit/harga beli per unit). Misalnya bila terjadi kenaikan laba bruto, mungkin disebabkan oleh faktor;
1. Harga jual per unit naik, sedang harga pokok penjualan tetap.
2. Harga pokok penjualan lebih rendah, sedang harga jual per unit tetap.
3. Kombinasi keduanya, yakni harga jual per unit naik dan harga pokok per unit turun.
4. Jumlah unit yang dijual meningkat, sedang harga jual per unit dah harga pokok per unit tetap.
Kenaikan laba bruto karena kenaikan harga jual tidak dapat dipakai sebagai pengukur kegiatan bagian penjualan karena perubahan harga jual lebih ditentukan oleh faktor-faktor yang berada diluar perusahaan (faktor instern). Perubahan harga jual ditentukan oleh kekuatan permintaan penawaran dipasar yabg sulit dikendalikan oleh perusahaan, lain hal nya dengan perubahan jumlah unit yang dijual. Perubahan laba bruto yang disebabkan oleh adanya perubahan jumlah unit yang dijual mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan bagian penjualan. Kenaikan laba bruto karena adanya kenaikan jumlah unit yang dijual berarti bagian penjualan telah bekerja lebih aktif. Apabila biaya pemasaran dapat dipertahankan berarti perusahaan telah dapat meninglatkan efesiensi dalam operasinya.
Rasio laba bruto yang rendah mungkin di akibatkan adanya kebijaksanaan pembelian dan mark-up yang tidak menguntungkan, ketidak mampuan manajemen meningkatkan volume penjualan, harga menurun (untuk meningkatkan volume penjualan) tetapi tidak disertai dengan turunnya harga pokok barang, meningkatnya ongkos produksi karena kelebihan investasi fasilitas pabrik atau karena adanya kenaikan bahan, kenaikan upah, atau kenaikan harga-harga umum yang tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan. Perubahan tingkat harga pokok penjualan pada waktu harga naik turun disebabkan oleh adanya perbedaan metode dalam menilai persediaan akhir. Penggunaan metode FIFO atau LIFO akan menberikan hasil yang berbeda.
C. LAPORAN PERUBAHAN LABA BRUTO
Dalam suatu perusahaan yang memproduksi dan menjual satu macam produk atau barang, laporan perubahan laba bruto menunjukkan pengaruh perubahan dalam volume penjualan, perubahan dalam harga jual, dan perubahan dalam harga pokok barang yang di produksi dan dijual. Dengan perkataan lain laporan tersebut menunjukan:
1. Perubahan penjualan yang disebabkan adanya perubahan dalam jumlah unit yang dijual dan perubahan dalam harga pokok penjualan per unit.
2. Perubahan harga pokok penjualan yang disebabkan adanya perubahan dalam jumlah unit yang dijual dan perubahan dalam harga pokok per unit.
Contoh:
Laporan perhitungan laba rugi dari PT Takasih Murah akhir tahun 2003 yang diperbandingkan dengan tahun 2002 menunjukan sebagai berikut.
Menurut data diatas, tahun 2002 dibandingkan dengan tahun 2003 menunj
D. HUBUNGAN BIAYA USAHA DENGAN PENJUALAN NETTO
Antara biaya usaha dengan volume penjualan terdapat hubungan yang penting. Analisis masing-masing pos biaya usaha dalam hubungannya dengan volume penjualan bertujuan untuk mengetahui kemampuan manajemen dalam mengendalikan biaya sehubungan dengan perubahan volume penjualan. Apabila volume penjualan berubah biasanya beberapa biaya penjualan seperti biaya advertensi (biaya iklan) atau promosi penjualan, biaya penyimpanan, biaya pengiriman, biaya pengepakan, gaji dan komisi salesman, biaya telepon akan ikut berubah pula. Biaya umum dan administrasi cenderung tidak banyak berubah terutama apabila meningkatnya penjualan di sebabkan faktor kenaikan harga penjualan.
Rasio masing-masing biaya usaha (biaya penjualan, biaya umum, dan administrasi) dengan penjulan netto menunjukkan persentase dari penghasilan atau penjualan netto yang telah dipergunakan untuk menutup berbagai biaya usaha. Rasio semacam ini amat bermanfaat dalam pembandingan antarperusahaan sejenis atau pembandingan dari tahun ke tahun untuk perusahaan dengan penjualan netto.
Penganalisis umumnya hendak mengetahui sebagai berikut:
1. Apakah harga pokok penjualan dan biaya-biaya tinggi sehingga ada kemungkinan perusahaan menderita rugi (operating loss)?
2. Apakah gaji karyawan, pegawai berbeda dari ukuran rata-rata dari perusahaan sejenis?
3. Apakah salesman digaji atau dibayar komisi?
Jika harga-harga meningkat atau menurun beberapa pos biaya cenderung meningkat atau menurun secara proporsional. Adapun biaya penyusutan pada umumnya akan tetap atau meningkat tetapi dengan persentase yang kecil.
Sebagai contoh ilustrasi sebagai berikut:
PT Takasih Murah
Laporan Biaya Penjualan Yang Diperbandingkan
Untuk tahun yang berakhir 31 desember 1998-2003
keterangan | 1998 | 1999 | 2000 | 2001 | 2002 | 2003 | ||||||
Jutaan Rp | % | Jutaan Rp | % | Jutaan Rp | % | Jutaan Rp | % | Jutaan Rp | % | Jutaan Rp | % | |
Biaya advertensi Biaya toko cabang Biaya pengiriman Transport penjualan Gaji salesman Biaya perjalanan salesman Biaya penjualan lain-lain | 35,8 50,6 26,2 7,6 69,4 15,0 9,8 | 2,2 3,1 1,6 0,5 4,3 0,9 0,2 | 42,6 53,0 24,0 8,4 78,6 15,4 8,4 | 2,5 3,1 1,4 0,5 4,6 0,9 0,5 | 46,4 55,0 20,6 8,6 84,4 13,8 3,4 | 2,7 3,2 1,2 0,5 4,9 0,8 0,2 | 81,6 79,2 24,0 12,0 129,8 28,8 9,8 | 3,4 3,3 1,2 0,5 4,9 0,8 0,2 | 110,0 88,6 24,2 13,4 147,6 34,8 2,6 | 4,1 3,3 0,9 0,5 5,5 1,3 0,1 | 135,4 100,4 23,4 15,2 168,4 51,2 13,2 | 4,5 3,4 0,8 0,5 5,7 1,7 0,4 |
Jumlah biaya penjualan | 214,4 | 3,2 | 230,4 | 13,5 | 232,2 | 13,5 | 365,2 | 15,2 | 421,2 | 15,7 | 507,2 | 17,0 |
tren persentase-biaya penjualan penjualan netto tren persentase- penjualan netto | 100 1.625,0 100 | | 107 1.707,4 105 | | 108 2.402,4 106 | | 170 2.402,4 148 | | 196 2.682,6 165 | | 237 2.983,6 184 | |
Dalam contoh tersebut, selama enam tahun 998-2003 persentase biaya penjualan dari penjualan neto menunjukkan kenaikkan, yaitu secara berturut-turut 13,0%, 13,5%, 3,5%, 15,2%, 15,7%, dan 17,0%. Ini berarti bagian dari penjualan neto yang dipergunakan untuk menutup biaya penjualan secara relatif semakin bertambah banyak. Penjualan neto selama enam tahun memang menunjukkan peningkatan yaitu sebanyak 84%, tetapi selama jangka waktu yang sama, biaya penjualan telah meningkat dengan persentase yangt lebih besar, yakni 137%. Keadaan yang demikian mungkin merupakan pencerminan dari hal-hal seperti:
1. Telah dilaksanakan program-program promosi penjualan yang lebih banyak tetapi tidak berhasil meningkatkan penjualan dalam proporsi yang sama dengan tambahan biaya.
2. Telah dilakukan program penjualan baru secara intensif dan ektensif tetapi keuntungan yang diharapkan gagal direalisasi.
3. Manajer penjualan (merchandising) tidak berhasil menaikan harga jual eceran.
4. Biaya penjualan yang dipengaruhi volume penjualan melebihi tingkatan harga jual eceran.
E. RASIO LABA USAHA DENGAN PENJUALAN NETO
Rasio laba usaha dengan penjual an neto disebut profit margin dihitung dengan membagi laba usaha dengan penjualan neto.
Profit margin
Persentase tersebut menunjukkan bagian penjualan neto yang masih ada setelah dikurangi dengan harga pokok penjualan dan biaya-biaya usaha.
Dalam laporan laba rugi jumlah laba usaha ini memberi gambaran yang penting karena menunjukkan tingkat keberhasilan penjualan (keberhasilan kegiatan pembelian, produksi dan penjualan). Banyak faktor yang mempengaruhi perubahan laba usaha perusahaan dari tahun ke tahun. Faktor tersebut terutama berupa pengaruh perubahan tingkat penjualan, perubahan harga pokok penjualan, dan perubahan biaya usaha.
Rasio laba usaha dengan penjualan neto berkaitan dengan total aktiva yang digunakan untuk mencapai sales revenue. Rasio laba usaha dengan penjualan neto bersifat komplementer dengan rasio laba usaha dengan total operating assets (return on investment atau earning power). Volume penjualan akan tergantung pada kapasitas pabrik-modal ditanamkan dalam bentuk aktiva- dan aktiva kemudian di operasikan bagi kegiatan penjualan.
Rasio tersebut juga berkaitan dengan perputaran persediaan dan perputaran piutang. Perputaran persediaan dan piutang yang tinggi dihasilkan karena penjualan yang semakin tinggi pula. Tingginya tingkat penjualan mungkin karena rangsangan berupa harga yang lebih rendah dan pemberian potongan harga pada pembelian tunai. Apabila hal ini tidak diikuti dengan penurunan harga pokok penjualan dan penghematan biaya usaha, laba usaha dapat menurun. Apabila laba usaha menurun akibat biaya-biaya meningkat relatif lebih besar daripada meningkatnya volume penjualan.
Sebagai contoh berikut ini:
PT Takasih Murah
Data Laporan Laba Rugi Utama, Profit Margin, dan Operating Ratio
Untuk tahun 1998-2003
Dari data diatas, terlihat bahwa selama tahun 1998-2003 telah terjadi keadaan yang tidak menguntungkan. Hal ini tercermin dari data Profit Margin (ratio of operating income to net sales). Rasio ini telah menurun dari 7,8% pada tahun 1998 Menjadi 6,1 pada tahun 2003. Penjualan (sales) dan laba usaha (operating income) kedua-duanya meningkat, tetapi kenaikan laba usaha lebih kecil daripada persentase kenaikan penjualan, yaitu 44% dibanding 84% selama enam tahun. Hal ini diakibatkan terjadinya persentase kenaikan harga pokok penjualan (cost of goods sold) dan persentase kenaikan sales. Biaya dalam arti luas (cost of goods sold ditambah operating expenses) telah meningkat 87% selama enam tahun.
F. RASIO PENJUALAN NETO DENGAN AKTIVA USAHA
Rasio penjualan neto dengan aktiva usaha, yang juga disebut perputaran aktiva usaha (turnover of total operating assets), dihitung dengan membagi penjualan netto dengan total aktiva usaha neto (nilai buku). Rasio ini bertujuan untuk mengukur pendayagunaan aktiva usaha (operating assets), yakni apakah misalnya terjadi kecenderungan kelebihan investasi dalam aktiva dalam kaitannya dengan volume penjualan yang dicapai. Pada umumnya perusahaan memerlukan sejumlah aktiva usaha yang harus di operasikan secara efisien untuk mencapai volume penjualan yang di kehendaki.
Rasio tersebut sebenarnya hanya merupakan perbandingan kasar atau pengukuran kasar tentang efisiensi penggunaan aktiva usaha, sedang keberhasilan penjualan itu sendiri sebenarnya banyak di tentukan oleh efektivitas kerja salesman dan kegiatan advertensi dan kegiatan promosi lainnya. Perluasan pabrik misalnya, tidak langsung berpengaruh pada penjualan tetapi berpengaruh terhadap penghematan biaya sehingga akhirnya berpengaruh pada peningkatan laba bersih. Dalam menghubungkan penjualan neto dengan aktiva usaha bukan bertujuan untuk mengukur tingkat profitabilitas perusahaan, tingkat profitabilitas diukur dengan menghitung rasio antara laba usaha (operating income) dengan aktiva usaha.
Tingkat profitabilitas (return on investement atau operating earning power) dihitung dengan rumus:
Kelebihan investasi pada aktiva usaha (operating assets) berkaitan dengan tingginya cost seperti biaya pemeliharaan, pajak, bunga, dan biaya tetap lainnya. Ini akan memberikan beban berat bagi perusahaan. Jika keadaan ini tidak diikuti/diimbangi dengan volume penjualan yang lebih besar dari efisiensi pengolahan yang lebih tinggi akan berakibat perusahaan menuju insolvency terutama bila dana berasal dari pinjaman jangka menengah dan jangka panjang.
Sebagai contoh berikut ini:
Berdasarkan contoh diatas, return on investment (ROI) atau tingkat profitabilitas perusahaan selama jangka enam tahun (2002) menunjukkan kecenderungan menurun, secara berturut-turut yaitu 6,2%, 6,0%, 4,5%, 65,3%, 5,4%, dan 5,7%. Kenaikan aktiva usaha (operating assets) tidak berhasil diikuti kenaikan penjualan (sales) secara sebanding. Hal ini tercermin pada ratio of net sales ti total operating assets yang terus menurun sampai tahun 2002 (79,5%, 78,5%, 63,0%). Atau dapat dikemukakan bahwa perluasan aktiva usaha tidak diikuti dengan penghematan biaya secara sebanding. Total operating assets telah meningkat sebesar 57%, tetapi biaya usaha dalam arti luas telah meningkat lebih banyak, yakni 87%. Dana ini akan mempengaruhi besarnya laba usaha ( yang ternyata hanya meningkat sebesar 44%).
G. OPERATING RATIO
Operating ratio merupakan rasio antara biaya usaha keseluruhan (harga pokok penjualan ditambah dengan biaya usaha) dengan penjualan neto. Angka 100% dikurangi operating income to net sales sama dengan operating ratio.
Sebagai contoh berikut ini:
Operating ratio yang tinggi adalah tidak menguntungkan karena berarti proporsi laba usaha akan rendah yang mungkin tidak cukup untuk menutup beban bunga, deviden, dan beban lainnya. Kita ketahui bahwa dalam laporan laba rugi masih terdapat pos pos penghasilan lain-lain (other revenue), biaya lain-lain, laba rugi insindentil, dan pajak perseroan (income taxes). Pos-pos ini pun harus dianalisis lebih lanjut dalan rangka menganalisis laba bersih (net income).
Dalam menganalisis Operating ratio dan of operating income to net sales, harus diamati perubahannya dari tahun ke tahun atau antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain (industri), terutama kebijaksanaan yang menyangkut biaya-biaya seperti biaya penyusutan, amortisasi, kerugian karena piutang tidak kembali, biaya pemeliharaan, biaya perbaikan, sewa, riyalti, manajement fee, dan lain-lain.
Dari contoh 8.6, operating ratio selama enam tahun terus meningkat, yakni 92,2%, 92,4%, 92,8%, 93,5%, 93,7%, dan 93,9%. Meningkatnya operating ratio ini tidak menguntungkan perusahaan karena meningkatnya operating ratio berarti menurunkan ratio of operating income to net sales profit margin.
Adapun banyak faktor yang mempengaruhi perubahan laba bersih (net income). Faktor-faktor tersebut, yaitu sebagai berikut:
1. Naik turunnya jumlah unit yang dijual dan harga jual perunit.
2. Naik turunnya harga pokok penjualan. Perubahan harga pokok penjualan ini dipengaruhi oleh jumlah unit yang dibeli atau di produksi atau dijual dan harga pembelian per unit atau harga pokok per unit.
3. Naik turunnya biaya usaha yang di pengaruhi oleh jumlah unit yang dijual, variasi jumlah unit yang dijual, variasi dalam tingkat harga dan efisiensi operasi perusahaan.
4. Naik turunnya pos penghasilan atau biaya non operasional yang dipengaruhi oleh variasi jumlah unit yang dijual, variasi dalam tingkat harga dan perubahaan kebijaksanaan dalam pemberian atau penerimaan discount.
5. Naik turunnya pajak perseroan yang dipengaruhi oleh besar kecilnya laba yang diperoleh atau tinggi rendahnya tarif pajak.
6. Adanya perubahan dalam metode akuntansi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar